Berkunjung ke sebuah tempat rasanya kurang khusyu kalau tidak mencoba menjajal makanan khas yang ada di daerah itu. Nah, masalahnya adalah bagaimana kalau berkunjung ke daerah yang pilihan makanan halalnya tidak banyak? Sebagai seorang muslim, tentunya saya harus lebih hati-hati untuk memilih makanan termasuk tempat makan/restoran di sekitar tempat yang saya kunjungi, karena ada beberapa jenis makanan yang menurut agama yang saya anut tidak boleh untuk disantap.
Pengalaman unik saya dapatkan saat bersama istri di Hanoi. Kalau di Jakarta, kami termasuk penggemar Pho 24, sebuah waralaba yang menyajikan makanan Vietnam. Pho adalah menu yang tak bosan-bosannya kami order saat memasuki Pho 24. Nah mumpung lagi di Hanoi, kami sangat ingin merasakan bagaimana cita rasa Pho yang otentik di tanah kelahiran Pho sendiri. Tinggal di sekitar Hoan Kiem Lake, yang merupakan salah satu landmark untuk wisatawan yang datang ke Hanoi, kami yakin kami bukan pengunjung muslim pertama di tempat ini, jadi haqqul yaqiin bahwa kami akan bisa mencicipi Pho halal mumpung lagi di Hanoi.
Petualangan kami mencari restoran yang menyajikan pho halal pun dimulai. Dengan gawai di tangan, tentunya dunia terasa dalam genggaman. Kami pikir cukup dengan mengetikkan "Halaal Pho in Hanoi" atau "Halaal Pho near Hoan Kiem Lake" via Mbak Google, dan masalah terselesaikan. Ternyata, tak semudah itu kisanak. Dari sekian banyak yang bisa dilakukan oleh Om Google, ada beberapa hal yang tak bisa ditunjukkannya. Salah satunya adalah mengadakan sesuatu yang dalam dunia nyata memang tidak ada. Termasuk menunjukkan restoran dengan menu Pho Halal. Mungkin karena memang tak ada rumah makan Pho bersertifikat halal di Hanoi sana, apalagi jumlah penduduk muslim di sana pasti tak banyak.
Hoan Kiem Lake di sore hari |
Ruang publik untuk semua kalangan |
Sejatinya memang saat kami berada di sana, tidak ada restoran atau tempat makan yang menyajikan Pho dengan label halal. Saat kami mencari "Halal Food near Hoan Kiem Lake", yang muncul malah restoran India dan Turki, dan sudah pasti restoran restoran ini tidak menyajikan Pho. Sebenarnya kalau yang jual Pho saja sih banyak, cuma kami berdua kurang yakin dengan kehalalannya. Meski umumnya daging dalam masakan Pho berasal dari sapi atau ayam, kuah kaldu yang digunakan bisa saja berasal dari sapi ataupun babi. Kami sudah membayangkan betapa ribetnya jika harus masuk ke restoran Pho dan bertanya dalam Bahasa Inggris "Is your Pho's broth made of pork?", karena pasti jawabannya bisa saja ngaco seperti pengalaman kami disini. Mau diterjemahkan ke bahasa Vietnam menjadi "LĆ nĘ°į»c dĆ¹ng phį» cį»§a bįŗ”n ÄĘ°į»£c lĆ m tį»« thį»t lį»£n?"pun pasti yang jual ga akan ngerti, karena saya tak tahu baca baca abjad Vietnam yang keriting atas bawah, lidah saya pasti kepeleset bacanya.
Meski tak kunjung menemukan petunjuk via om Google, saya dan istri akhirnya memilih keluar dari hotel untuk mencari tempat makan yang menyajikan Pho dan halal. Sembari cuci mata dan menikmati suasana sekitar Hoan Kiem sore-sore kami mengikuti langkah kaki menyusuri kota tua Hanoi yang ramai dengan pejalan kaki dan pesepeda motor. Kami menikmati jalan-jalan sore itu, karena bisa melihat arsitektur rumah, toko dan hotel yang bertema "tabung" alias "tube". Rumah-rumah di sekitar Old Quarter Hanoi memang umumnya hanya memiliki lebar empat meter. Sehingga model petak tanah/rumah di sana memanjang ke belakang. Untuk menyiasati kebutuhan akan ruang, rumah-rumah yang kami lalui biasanya memiliki beberapa tingkat. Hotel yang kami tinggali pun demikian, bertingkat hingga lima lantai namun hanya memiliki lebar empat meter. Tak salah memang, jenis propertinya disebut tube house.
Tube house yang memanjang ke belakang dan menjulang ke atas |
Abang becak berdasi nan rapi di sudut Hanoi |
Menjelang petang, kami tak kunjung menemukan restoran Pho halal yang memang menurut Om Google tak ada. Kami akhirnya menepi di sebuah restoran India dengan plang halal besar di depannya. Setidaknya kami bisa makan dengan lahap dan tak perlu khawatir di tempat ini. Kami sengaja duduk di lantai dua karena suasananya lebih sepi, saya dan istri bisa lebih leluasa bercakap. Saat pelayan membawakan kami menu, kami masih berharap ada menu Pho di dalamnyanya, siapa tahu kan yang punya restoran India ini ingin menghargai kearifan lokal dengan menyediakan Pho Halal. Namun, kami harus menerima kenyataan, yah namanya restoran India pasti menunya makanan India lah, mana mungkin ada Pho, itu namanya tidak istiqomah.
Suasana restoran India lantai dua |
Saat pelayannya mendekat untuk mencatat pesanan kami, saya yang masih tak mau menyerah bertanya,
"Do you actually happen to sell Halaal Pho? We have been looking for halaal Pho but we got no luck. We really want to try the authentic Pho but we can't find the halaal one." (Restoran ini menyajikan Pho yang halal kah? Kami sudah mencari Pho halal tapi belum ketemu juga. Kami sangat ingin mencoba Pho yang otentik tapi gak tahu cari yang halal dimana).
Si pelayan cuma tersenyum, lalu menjawab "Sorry Sir, we don't serve Pho. We only serve what are on the menu" (Maaf Kakaak, kami tidak menjual Pho kakaak. Kami hanya menjual makanan seperti yang ada di menu).
"Then we order Tandoori Chicken and Paneer Seek Kebab, please" (Kalau begitu, kami pesan Ayam Tandoori dan Paneer Seek Kebab) kata saya dengan mafhum.
Tak berapa lama, pesanan kami keluar. Kami makan dengan lahap karena kelaparan, namun juga memang masakan Indianya enak. Namun, rasa penasaran kami masih berkobar, masih sangat ingin merasakan Pho otentik yang halal di tanah asalnya.
Saat kami membayar tagihan makan kami, kasirnya yang sepertinya juga ownernya atau manajernya bertanya ke kami, "I heard you were looking for Halal Pho" (Saya dengar kalian cari Pho halal ya?)
Kami mengangguk sembari tersenyum malu. Kecele lah ketahuan cari Pho di restoran India.
"If you come back here again, we can cook Pho for you. One of our chefs is Vietnamese and he can make a delicious pho. And off course, we can ensure that all ingredients are halal". (Kalau kalian kembali ke sini lagi, kami bisa masak Pho untuk kalian. Salah satu juru masak kami orang Vietnam, dia bisa bikin pho yang enak. Tentunya, bahan bahannya kami jamin halal").
Mendengar tawaran ini, saya dan istri langsung sumringah. "That's awesome, we'll be back here the day after tomorrow. Will 7 pm be fine?" (Wah mantap. Kami akan kembali kesini lagi besok lusa. Apakah OK jika kami datang jam 7 malam?)
"Sure, please come again", (Iya, silahkan datang lagi) kata pak Manajer.
Malam itu, saya dan istri pulang ke hotel dengan asa yang tak padam, akhirnya ada juga yang menawarkan kami pho halal. Mungkin terdengar lebay, tapi memang saat itu kami sangat ingin makan Pho, titik.
In Halaal Resto, We trust |
Dua malam berikutnya, saat kami berkunjung kembali ke restoran India ini, pak Manajer restoran menepati janjinya. Dua mangkok Pho dengan asap mengepul menanti kami. Rasanya? Ini seperti makan es buah atau kolak saat sedang buka puasa, sangat nikmat. Kuahnya apalagi, sangat pas. Ini adalah makan malam terkahir kami di Hanoi saat kunjungan itu, dan memang sepertinya dirancang sebagai makanan penutup perjalanan kami di Hanoi. What a way to end a trip: mencicipi Pho yang kami idam-idamkan.
The long-awaited Pho was finally served |
Akhirnya kami berhasil membuktikan Om Google salah, Pho halal ternyata ada, cuma memang butuh usaha lebih dan sedikit ke-tidak-tahu-malu-an untuk mendapatkannya.
Yaampun seneng banget bacanyaa šš Memang kalau kita bertekad untuk tetap menjalani syariat, Allah akan kasi dengan jalan yg tidak kita duga2 yaa.
BalasHapusBtw, lebih enak mana Mas Cipu, Pho di sana atau Pho waralaba di sini? š
Lebih enak Pho di Vietnam, mungkin karena bahan bahannya dari sekitar dan lebih fresh mbak Thessa
HapusFinally dapat pho halal sesuai harapan yah, mas š untung waktu itu mas Cipu bertanya sama pramuniaga-nya jadi bisa dapat kesempatan makan Pho meski di resto India š„³ memang betul kata orang, malu bertanya sesat di jalan - berani bertanya, makan Pho kemudian š Wk.
BalasHapusNgomong-ngomong saya juga suka Pho, berhubung di Bali atau di Jeju nggak tau resto Vietnam mana yang enak dan jarang pula lihatnya, alhasil selalu minta mba ART masak kalau sedang ingin makan š¤£ lumayan, sebelas dua belas sama yang di Vietnam rasanya š¤
Makanan Vietnam itu menurut ku sangat sehat, karena selalu ada sayuran di setiap menu. Broth pho nya pun rasanya sangat segar
Hapuswah itu abang becaknya rapi sekali, berkemeja putih dan berdasi.. akhirnya bisa menemukan pho halal yaaa, hihi
BalasHapuskok jadi pengen makan pho yaaa
Tukang becak rasa eksmud kalau di sana mah hahaha. Iya nih mbak, Alhamdulillah bisa juga ngerasain Pho nya
HapusWuaah kebayang gimana rasa nikmatnya kalau akhirnya bisa kelaksana menyantap hidangan yang diinginkan .., aku pun juga begitu, mas Cipu.
BalasHapusRasanya jadi kayak orang lagi ngidam hahaha.
Mission accomplished Mas, bisa kesampaian apa yang diinginkan heheheh
HapusBerasa sesuatu yaa .. hehehe.
HapusKayak ketiban durian runtuh rasanya š
Kalau ketiban durian runtuh, sakit mas, kulitnya bisa lecet hahahahah. Pokoknya, pho nya memang terasa sangat pas, entah karena emang laper, sudah lama kepengen, koki nya jago ataupun kombinasi semuanya
HapusPesan moral dari kisah ini adalah, kalau memang pengen dan bertekad, akan selalu ada jalan untuk semua keinginan. Meskipun kadang jalannya absurd dan ga terduga ya. Gimana engga absurd, nemu Pho di resto india coba haha..
BalasHapusBtw foto rumah tube dan kabel-kabel listrik yang berbelit di depannya sangat familiar ya kesannya. Mengingatkan pada kebanyakan ruko dan tiang listrik di lingkungan perumahan di Indonesia hehe.
Iya mas Ikhwan berawal dari nekad dan maksa nanya menu Pho di resto India, eh malah beneran dapat Pho otentik tapi disajikan di resto India, wakakakak
Hapusakhirnyaaaa dapet juga bisa makan pho langsung di tanah kelahirannya
BalasHapusintinya bener kata mas ikhwan, kudu semangat dan niat yang tekat bulattttt, pantang menyerah pokoknya. ehh ada aja ya jalannya
rapi bener tukang becak disana, jadi pengen cobain naik becak tapi kalau kena scam ya agak males juga, kayak tuk tuk ntar kisahnya
Nah kalau urusan scam saya masih kurang pengalaman nih, apa para tukang becak itu ada yang suka praktik scam. Memang pasti malesin ya kalau mengunjungi daerah, begitu tahu penumpangnya bukan orang asli sana, dimahalin atau diajak muter muter jauh biar ongkosnya mahal.
HapusHi my friend Cipu! I am so happy with this feature of Hanoi that you shared for us! I have never been yo Hanoi. I have been to Ho Chi Minh and Ben Tre but Hanoi as they say is very different. It is much more peaceful in Hanoi than the hustle and bustle of HCMC. I really like the lake and garden you showed and the rickshaw drivers waiting outside. It is so amazing that there are a lot of words in your language that is the same as ours in Tagalog :) Have a great new week ahead my brother Cipu! Always take care and continue to stay safe!
BalasHapusHi Steve, thanks for stopping by. Yes I went to both Hanoi and HCMC and the cities have different vibes. I happened to stay in the Hoan Kiem Lake area in Hanoi that was so pretty with its garden and lake.
HapusI do believe Indonesian and Tagalog have many similar vocabularies, So I guess you don't really need dictionary when you read my post ;-)
Aaahhhhh kalian beruntung banget :) . Bisa makan pho yg halal juga.
BalasHapusDaerah Vietnam yg pernah aku datangin cuma HCMC, dan itupun ga nemu pho yg beneran halal . Jd waktu itu aku minta hotel tempat nginep bikinin notes yg kami bawa kemana aja Tiap kali beli makan,isi nya dalam bahasa dan tulisan Vietnam, "kami tidak bisa makan babi, hanya sapi dan ayam"
Jd tiap kali mau psen makan, tunjukin kertas itu dulu, dan staff di manapun lgs ngerti. Dia ksh tau mana yg ga bisa kami makan,mana yg bisa. Walopun ga beneran halal,tp prinsip ku kalo sdg traveling, yg ptg bukan makan babi :D. Alat masak dan lainnya, ya sudahlah yaaa.
Iya mbak lama lama prinsip saat travelling apalagi kalau ke daerah yang muslimnya ga banyak, jadinya mengutamakan jika tak ada bahan yang berasal dari pork atau lard.
HapusSaya kalo lagi di luar negeri termasuk orang yang bodo amat sama makanan. Apa aja dimakan yang penting bukan babi. Titik.
BalasHapusSalut saya sama mas Cipu yang tetep ngotot cari yang bener-bener halal.
itu juga karena takut ada babinya makanya cari yang halal mas, soalnya saya agak susah berkomunikasi di sana >.<
HapusFinally..apa yg diinginkan dapat juga, pasti senang rasanya
BalasHapusMenurutku itu bukan ketidakmaluan wkwk justru si owner jadi dapat pembeli meski diluar menu
Iya Mbak Alhamdulillah akhirnya dapat pho halal hehehe
Hapusspecial service dengan limited edition pho yang aslinya ga ada dalam menu, tapi tetep bisa diusahakan ya....warbiasa resto indianya mas cipu :D
BalasHapusdan tuh kan ternyata bener dengan bayanganku sebelum secrol sampai bawah, tadinya aku uda ngira2 seperti yang sering aku lihat di axian food memoriesnya channel afn..tentang kulinari sup asli vietnam yang berupa sup mie sapi, cuma aku lupa apa namanya...eh ternyata bener si pho ini adalah namanya #terkonfirmasi ulang dari visual di foto :D
btw rumahnya di sana unik gitu ya...memanjang ke belakang, mirip komplekku sih..tapi ini ada istilahnya yaitu bentuk tube hehe...dan pada akhirnya buat memaksimalkan ruang ya dibikin tingkat...unik
#salfok dari mbak google jadi om google ahahha
Mbak Gusti, maafkeun typo mbak Google nya, harusnya Mbah Google hahahah.
HapusBener mbak, makanan tersebut adalah salah satu makanan khas Vietnam. Saya keranjingan makan Pho justru pas di Melbourne. Saya pasti cari alasan apapun untuk bisa ke daerah pemukiman warga Vietnam di Melbourne demi semangkuk Pho
Aku lihat foto-foto ini malah fokus pada kabel yang bergantungan. Mirip ya dengan di sini. Menariknya ruang publiknya teduh
BalasHapusBetul mas Sitam, salah satu ciri khas Vietnam adalah kabel listriknya yang semrawut sampai ada kaos Vietnam yang nampilin kabel semrawut sebagai icon kota di sana hahaha, selain pengendara motornya yang memenuhi jalan.
HapusWaktu di Hanoi, kayaknya tiap hari saya makan pho di lorong kecil dekat Katedral St. Joseph, Bang. Makan pho di lapak-lapak kecil ini salah satu yang bikin kangen dari Vietnam. Duduk di kursi plastik pendek, mejanya juga pendek, tangan kanan megang sumpit terus kirinya sendok. :D
BalasHapusAwalnya saya pikir itu meja makan untuk anak yang dipajang depan ruko, ternyata itu kursi dan meja untuk orang dewasa. Jadi posisi saat makan itu nyaris jongkok, tapi jadinya bisa muat space banyak karena persepsi kita tentang ruang jadi luas dan lapang.
Hapus