Mungkin banyak yang masih asing dengan tes kesehatan sebelum nikah alias pre-marital check up. Saya saja heran waktu istri saya (saat itu masih calon) mengusulkan agar kami mengambil tes kesehatan sebelum menikah. Rasanya, teman-teman saya yang telah nikah tidak pernah cerita kalau mereka ikut pre-marital check up sebelum nikah. Atau apakah mereka sebenarnya ikut tes tapi memang tidak mendiskusikannya dengan sahabatnya.
Saya sempat tanya sih ke kerabat saya tentang pre-marital check up, dan kerabat saya malah sangat menganjurkan saya untuk melakukan tes tersebut sebelum nikah. "Bukan apa-apa sih Cip, saudara mengalami keguguran dua kali karena dia tidak tahu bahwa ada kista di rahimnya," Seandainya yang bersangkutan menyempatkan pre-marital check up sebelum nikah, kemungkinan risiko keguguran dapat diminamilisir. Dipikir-pikir benar juga sih, saya kan belum terbukti subur (waktu itu), saya juga gak tahu apakah saya sehat secara seksual untuk (calon) istri.
Gambar diperoleh dari http://bersamapundimulai.blogspot.co.id/2013/02/pre-marital-check-up.html |
Sempat terpikir bahwa tes kesehatan yang dimaksud (calon) istri saya saat itu adalah tes kesuburan, untuk tahu apakah saya subur atau tidak sebagai calon bapak. Ternyata, tes kesehatan sebelum nikah untuk kedua calon mempelai lebih dari hanya sekedar tes kesuburan, akan tetapi juga untuk mengetahui apakah kedua calon mempelai sehat dan tidak berpotensi memberikan dampak buruk pada anak dan pasangannya di masa mendatang. Kalau kata banyak artikel sih biar gak beli kucing dalam karung. Maksudnya, dengan pre-marital check up, kita jadi bisa beli kucing diluar karung (loh).
Untungnya asuransi kantor istri meng-cover pre-marital check up (sujud syukur), jadi saya dan (calon) istri tidak perlu khawatir dengan biaya tes tersebut. Kami (sebenarnya istri sih yang rajin googling) pun mulai mencari rujukan rumah sakit yang melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah serta biayanya. Pilihan kami akhirnya jatuh ke RSUP Persahabatan, karena paket yang ditawarkan lumayan lengkap dengan biaya yang masuk dalam pagu asuransi yang kami siapkan. Untuk reservasi pun cukup mudah, bisa tinggal telepon ke Pemeriksaan Medik Terpadu RSUP Persahabatan.
Di hari H, saya dan (calon) istri sudah berada di rumah sakit pagi-pagi, dan kami diminta untuk puasa 12 jam sebelum tes ini dilakukan. Setelah mendaftar, saya dan (calon) istri ditimbang berat badan dan diukur tekanan darah. Setelah itu, kami mengikuti tes kesehatan mata, pasti sudah pada pernah mengikuti tes nya kan?.
Setelah tes mata, kami selanjutnya berfoto..... foto rontgen maksudnya (jangan bayangkan selfie-selfie saat medical check up yah, there's no such thing). Kelar berfoto setengah badan tanpa close up wajah (alias rontgen), kami diberi wadah untuk sampel urin. Sampel urin (air kencing) diambil untuk untuk memantau fungsi ginjal dan penyakit lain yang berhubungan dengan ginjal atau saluran kemih. Setelah menyerahkan sampel urin, lanjut dengan pengambilan darah. Saya amati jumlah darah yang diambil cukup banyak. Dan memang sebenarnya ada banyak hal yang bisa diamati dari sampel darah yang diambil, diantaranya: analisa hemoglobin untuk tahu ada atau tidaknya penyakit/kelainan darah (darah biru tidak termasuk kelainan yah, itu kelebihan), laju endap darah (LED) untuk deteksi peradangan, pemeriksaan golongan darah dan rhesis, pemeriksaan gula darah untuk kemungkinan adanya diabetes melitus, pemeriksaan HBsAg untuk deteksi hepatitis B atau peradangan hati (makanya yang hatinya terluka mending disembuhin dulu), dan pemeriksaan VDSLR/RPR untuk deteksi penyakit sifilis. Well sebagian istilah medis di atas saya rangkum dari berbagai website, jadi jangan tanya saya tentang prosedur tes nya yah. Kalau mau tanya prosedur tes nya mending langsung tanya om Google saja, hahahah.
Setelah serangkaian pengambilan sampel di atas, saya dan (calon) istri berpisah. Istri lanjut dengan tes TORCH yang berguna untuk mengetahui ada tidaknya infeksi karena parasit Toxoplasma, virus Rubella, virus Cytomegalo (CMV), dan virus Herpes. Hal ini penting untuk diketahui karena adanya infeksi pada ibu hamil kelak bisa menyebabkan cacat pada janin atau kelainan prematur lainnya. Sedangkan saya melanjutkan dengan tes semen (sperma). Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasukan sperma si calon suami/calon bapak (jika beruntung) cukup banyak, bentuknya kekar dan sehat, serta kuat berenang dan memiliki endurance menuju target yang diinginkan (ngomong endurance kok tiba tiba ingat iklan Extra Joss yah).
Gambar diambil dari https://www.pinterest.com/pin/240731542553988900/ |
Ada kejadian agak menjengkelkan sih saat saya menuju ke laboratorium untuk tes semen ini. Saat saya mendaftar untuk pengambilan sampel, beberapa staf admin malah ngasih komen kurang enak.
"Mas sama calon istri itu ngambil tes medical check up pranikah yah?", tanya seorang bapak yang juga petugas disana.
"Iya, Pak", jawab saya singkat.
"Ada-ada saja yah anak jaman sekarang, dulu dulu kita gak ada beginian, sehat sehat saja tuh anak-anaknya", jawab bapak yang lainnya.
Saya cuma senyum masam. Pengen balas bilang gini sih, "tapi angka kematian ibu dan anak di jaman Bapak tinggi", cuma saya gak pegang data, jadi mingkem saja.
"Terus kalau nanti mas nya ketahuan gak subur atau istrinya gak subur, gimana mas? Batal dong pernikahannya," jawab si bapak yang pertama.
"Ini untuk menghindari ada masalah di kemudian hari pak. Saya berharap aja hasil tes nya bagus. Kalaupun ga bagus, jadi bisa didiskusikan dengan calon pasangan langkah selanjutnya," jawab saya sediplomatis mungkin.
Si Bapak sepertinya masih gak puas, cuma saya sudah gak peduli. Seperti kata pepatah: Kalau Tiada Senapan, Baik Berjalan Lapang, yang artinya kira kira jika tidak bersenjata sebaiknya mengalah, atau jika tak punya data, sing waras ngalah hehehe.
Setelah menyerahkan sampel semen, pemeriksaan TORCH (calon) istri pun juga sudah selesai. Setelah itu, kami boleh pulang. Kami menyelesaikan medical check up pas jam makan siang. Saya pribadi merasa was-was juga menunggu hasil pemeriksaan tes kami. Bagaimana jika saya tidak sehat, atau bermasalah dengan kesuburan? What's gonna happen to our planned marriage? Omongan si bapak di laboratorium rumah sakit sempat menghantui saya juga. Syukurnya, beberapa hari kemudian saat hasil keluar kami berdua sehat dan subur (sujud syukur lagi). Thanks Lord.
Buat calon pasutri, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika ingin melakukan pre-marital check up:
- Pastikan untuk berdiskusi dengan calon pasangan, karena tidak semua orang pasti merasa nyaman dengan pre-marital check up, apalagi dalam kondisi masyarakat dimana melakukan medical check up belum menjadi hal yang jamak.
- Cobalah untuk mengecek asuransi masing-masing, apakah asuransi salah satu atau kedua orang meng-cover pre-marital medical check up. Jika memang bisa dicover, alasan untuk melakukannya jadi lebih kuat kan? Jika tidak, maka teman-teman bisa mulai bergerilya untuk membandingkan biayanya di rumah sakit yang ada di kota masing-masing.
- Semalam sebelum pre-marital check up, calon pasangan harus mulai berpuasa, hitungannya 12 jam sebelum janji temu pre-marital check up. Hal ini dimaksudkan agar sampel darah yang akan diambil bisa sesuai dengan kriteria uji darah.
- Untuk uji semen/sperma, sebaiknya sperma yang diambil/dikumpulkan adalah sperma yang diambil 2-7 hari setelah ejakulasi terakhir. Jadi kalkulasi yang benar yah, hitung mundur dengan tanggal pengambilan sampel, biar hasilnya bisa maksimal (gak error).
- Jangan tegang, ini adalah sarana untuk saling mengenal pasangan jadi dibawa santai saja yah. Kalau kebawa tegang, malah nanti hasilnya tidak akurat. Jadi tegangnya nanti aja abis married (eh?).
Nah kira-kira itulah sedikit share saya tentang pengalaman pre-marital check up saya. Kalau mau tanya-tanya silahkan lho. FYI, sekarang sedang menjadi suami siaga untuk istri yang sedang hamil, doakan kami agar semua proses nya lancar yah, ibu dan anak sehat. Amiiin
Aku takut cip, huahaha cemen. Takut kalo tnyata hasilnya jauh dr ekspektasi. Lalu? Siap mental untuk terima dan pernikahan batal. Huahaha. Aku blom siap mental. Hihihi.
BalasHapusBtw bumil ud brp bulan?
Cipu.. itu termasuk tes buat tau kita membawa gen thalassemia juga ga? Soalnya cukup mahal kan tes itu. Kalo di Aceh sepertinya hrs include tes itu deh, mengingat penderitanya cukup banyak.
BalasHapusMbak Ratu, kalau ada masalah, gak harus batal pernikahan kok mbak. Kan banyak masalah yang bisa ditangani oleh tim medis, karena kalau ada penyakit dan tidak terdeteksi, bisa berpengaruh pada pasangan atau malah keturunan mbak, gitu hehehe.
BalasHapusSampel darah yang diambil sepertinya juga untuk mengetahui penyakit hereditas/turunan yang mungkin dibawa oleh orang tua ke anaknya, termasuk thalasemia (CMIIW)
BalasHapusWah, udah lama gak berkunjung, punya rumah baru rupanya....trus kelanjutan dari postingan ini tentunya diharapkan oleh banyak pihak adalah adanya postingan mengenai telat haid, hamil, kelahiran dst......ditunggu postingannya ya kakak! ;)
BalasHapusHIV perluh ngak ????
BalasHapusLah, mau pre marital check up, calonnya yg belum khitbah,
BalasHapuswkwkwkkwkwk
Kira2 Di test INI kita bisa mengetahui APA engak a , pasangan kita pernah melakukan hubungan dengan orang lain ?
BalasHapusKalau ternyata hasilnya kurang bagus, apa ada saran dari dokter kita harus bagaimana setelahnya?
BalasHapus