Berburu Surau di Kota Pusat Wine

Di bulan Juni 2024, saya dan teman-teman kantor beroleh kesempatan mengunjungi kantor pusat perusahaan kami yang terletak di Prancis bagian Selatan. Nama kotanya adalah Bordeaux, sebuah kota di Prancis yang terkenal akan produk minuman wine-nya. Saat berada di Bordeaux, saya juga baru tahu bahwa yang menjadikan kota Bordeaux terkenal itu bukan hanya wine saja, akan tetapi keberadaan sungai Garonne yang melintasi kota ternyata mampu mengundang kapal pesiar besar untuk parkir dan mampir di kota Bordeaux. Lalu lalang kapal pesiar di sungai (bukan laut) ternyata dimungkinkan karena Bordeaux memiliki jembatan Jacques Chaban Delmas di Bordeaux yang memiliki empat tiang kokoh yang mampu mengangkat jembatan ke atas sehingga kapal pesiar dapat melewati bawah jembatan tersebut tanpa kendala. Prinsip hidrolik yang diterapkan saat mengangkat jembatan menjadi atraksi sendiri bagi pengunjung saat kapal pesiar akan tiba atau meninggalkan Bordeaux. Mengagumkan ya. 

Kapal pesiar yang mampir di tengah kota Bordeaux

Kunjungan ke Bordeaux kali ini memang dalam rangka peresmian pabrik kantor kami, sehingga semua karyawan kantor yang jumlahnya seratusan lebih diajak untuk bertandang ke Bordeaux. Keren juga ya kantor saya, mau boyong semua karyawannya seluruh dunia untuk mengunjungi Bordeaux. Ya, kami sekantor di Jakarta, juga tim kami yang di daerah tentu tak menolak saat diajak kantor merasakan indahnya kota Bordeaux, maka nikmat perusahaan baik hati mana lagikah yang kau dustakan, Kisanak. Kunjungan ke Bordeaux berlangsung selama enam hari, dan kami semua menginap di hotel yang sama bersama tim-tim kantor dari negara lain.

Salah satu landmark kota Bordeaux 

Hari itu hari terakhir kami di Bordeaux, kami semua sudah check out di hotel sejak pagi karena akan dijemput untuk mengunjungi salah satu pusat pembuatan wine di Bordeaux. Sebelum ke Bordeaux, bos kami memang berpesan agar kami sekalian ambil cuti saja dan lanjut menjelajahi Eropa dan sekitarnya mumpung lagi di Eropa dan dapat visa schengen. Sebuah usulan yang tentunya tak kami sia-siakan. Menjelang keberangkatan, tim kami semua menyempatkan mencari tahu destinasi kota dan negara yang kami inginkan. Tim kami jadinya terpecah setelah kunjungan Bordeaux, ada yang mau ke kota lain di Prancis, ada yang mau ke Swis, Turki, Belanda dan Inggris Raya. Makanya di hari terakhir di Bordeaux, setelah kunjungan ke desa penghasil wine, beberapa di antara kami ada yang langsung ke bandara untuk lanjut ke negara lain, ada juga yang kembali ke hotel untuk lanjut naik kereta/bus ke destinasi selanjutnya. Saya masuk dalam golongan kedua, saya akan lanjut mengunjungi kota lain di Prancis, sebagaimana saya ceritakan di postingan sebelumnya.

Cathedral from afar

Kami tiba di hotel menjelang pukul lima sore setelah mengunjungi desa tempat pembuatan wine, sedangkan bus yang akan membawa saya ke Lyon baru akan berangkat di pukul sepuluh malam. Saya kebetulan bersama dengan dua orang teman yang juga akan naik bus di malam hari menuju ke kota/negara lain. Masih ada sekitar lima jam hingga waktu keberangkatan naik bus.

Saat turun dari bus, kami baru ingat kami belum sholat. Selama beberapa hari di Bordeaux, kami biasanya memang sholatnya di kamar. Tapi, keadaan hari ini sudah beda, kami sudah check out dari hotel, kopernya doang yang masih dititip disana. Lah terus sholat dimana? Berbekal google map, salah satu dari kami menemukan ada musholla yang berjarak sekitar 1,5 km dari hotel Intercontinental Bordeaux, tempat kami berada saat itu. Kami menyusuri rue Sainte-Catherine, salah satu jalan utama  yang merupakan landmark kota Bordeaux. Rue berarti jalan dalam Bahasa Prancis. Rue Sainte-Catherine adalah jalan sepanjang 1,2 km yang merupakan pusat perbelanjaan di Bordeaux. Jalan yang dimulai dari hotel Intercontinental Bordeaux dan berujung di alun-alun bernama Place de la Victoria.

the famous Rue Saint-Catherine

Menyusuri  Rue Sainte-Catherine, membuat hati sedikit nelangsa, ada banyak toko-toko barang bermerek di sepanjang jalan, niatnya mau hadiahi istri tas mahal, apa daya dana jalan-jalan cekak, cuma bisa buat makan doang, itupun diirit-irit (hahah kerenya terlalu kentara). Setelah berjalan beberapa ratus meter menuju ke Place de la Victoria, suasana Rue Sainte-Catherine sudah mulai berubah. Jalan-jalan yang tadinya dipenuhi toko barang-barang branded, mulai berangsur berubah menjadi toko pakaian kulakan. Sepertinya semakin mendekati alun-alun toko-tokonya pun makin down to earth, artinya barang-barang yang dijual makin terjangkau jemaah mendang-mending seperti saya. Tak berapa lama, kami bertiga tiba di alun-alun Place de la Victoria yang sangat ramai akan pengunjung. Kami memutar haluan menuju Bordeaux UniversitĆ© lalu lanjut memasuki jalan-jalan kecil, mencari tempat untuk sholat.

Place de la Victoria

Bordeaux Universite 

Tak lama kemudian, kami tiba di depan sebuah bangunan yang memiliki plang bertuliskan Mosquee Al Nour El Mohamadi. Akhirnya, tiba juga ya. Saat mau membuka pintu masuk, ada seorang pria di pintu masuk yang menanyai kami dalam bahasa Prancis. Tapi maafkan Bahasa Prancis saya yang Iqro’ 1 pun belum mulai, saya cuma pasang tampang bloon karena tidak siap ditanya pertanyaan panjang-panjang dalam bahasa Prancis. Untungnya kepikiran mengucapkan salam keselamatan ‘Assalamu Alaikum’, dengan lafadz dan makharijul huruf yang meyakinkan ala Imam masjid keluaran pesantren. Pria yang tadinya ragu kami muslim, seketika berubah ramah dan membukakan pintu masjid lebar-lebar. Tampang kami mungkin memang kelihatan kurang islami.

Setelah berwudhu di lantai bawah, kami naik ke lantai atas untuk menunaikan sholat. Kami memasuki mesjid setengah jam sebelum waku Ashar. Dzuhur di Bordeaux saat itu di pukul 14, waktu Ashar di pukul 18, Maghrib menjelang pukul 22, dan Isya di pukul 23. Tak ada yang istimewa dari ruang mesjid yang kami masuki. Ruangannya tak begitu luas dengan karpet merah wangi yang empuk sehingga enak untuk bersujud. Tak banyak ornament kaligrafi yang menghiasi dinding tempat ini. Di beberapa sudut nambak beberapa orang yang sedang membaca Al Quran, mungkin sambil menunggu waktu Ashar tiba.

Waktu sholat Bordeaux di penghujung bulan Mei

Mosquee situesyen

Selesai sholat, saya dihampiri oleh salah seorang bapak-bapak yang mungkin meyakini bahwa kami adalah orang baru di masjid itu.

Parle francais?" (Apakah Adek berbahasa Prancis?), si Bapak menepuk bahu saya sembari tersenyum.

‘’Je parle un peu FranƧais, Tu parle Anglais?’’, (saya Cuma bisa Prancis dikit, Bapak bisa bahasa Inggris ?’’

"Je ne parle pas Anglais", (Saya gak bisa bahasa Enggres), Si Bapak menjawab.

Tiba-tiba si bapak beralih bahasa, "Tatakallama Lughatal ‘Arabiyah?" (Apakah Adek berbahasa Arab?)      

Saya yang nggak nyangka ditanya bahasa Arab, entah dapat ilham darimana tiba tiba merespon,. "Na’am, atakallama lughatal ‘Arabiyah Qaliilan" (iya bisa sedikit-sedikit)

Si Bapak langsung sumringah dan lanjut bertanya, “Min Aina Anta?” (Adek dari mana)?

Saya jawab “Anaa min Induuniziiya, wa anta?” (Saya orang Indonesia, Pak, kalo Bapak?)

Si Bapak jawab “Anaa min Maghribi’’ (Saya dari Maroko)

Si Bapaknya nanya lagi yang membuat saya makin deg-degan, Bahasa Arabnya saya baru Iqro 1 Pak, " Hal Anta Qaadim Ilaa hunaa lizziyaraah ?" (Adek ke Bordeaux sini untuk jalan jalan ya)

Saya mau jawab kalau saya ke Bordeaux untuk bekerja, namun saya saat itu asli blank bahasa Arab untuk bekerja apa. Jadilah saya pake bahasa Prancis karena memang saat itu saya ingat kata “bekerja’ dalam bahasa Prancis, "Pour travail" (untuk kerja)

Si bapak senyum-senyum lagi dan meneruskan berbahasa Arab kepada saya. Bahasa Arab si Bapak kian panjang, sayanya manggut manggut mengiyakan padahal mulai makin gak ngerti, tapi di ujung kalimatnya si bapak bilangnya As Sholaah (Shalat) dan Wal Qur’aan. Jadi saya langsung menyimpulkan kalau si Bapak berpesan agar saya dan teman-teman tidak meninggalkan sholat dan baca Al Qur’an.

Saya Cuma bisa menjawab dalam Bahasa Arab sebuah kalimat pamungkas penutup yang saya yakin dimengerti si Bapak, “Insyaa Allaah”.

Si Bapak tersenyum lalu mengucapkan salam dan pergi. Saya sendiri tak pernah menyangka bisa praktek bahasa Arab dasar saya di Prancis hahah. Lucu rasanya bisa mendapatkan pengalaman barusan. Saya makin merasa lega dulu gak pernah bolos pelajaran bahasa Arab di madrasah, meski gak pernah diulangi lagi, tapi masih ada sedikit yang membekas. 

Setelah sholat, kami kembali ke pusat kota untuk mencari tempat makan. Kami bertiga menyusuri pusat kota Bordeaux yang indah untuk mencari makanan Asia yang kira-kira bisa nampol di perut setelah sekian hari diserang roti-rotian dan keju-kejuan. Menjelang pukul 10 malam, saya sudah berdiri menunggu bus menuju ke Lyon. Au revoir, Bordeaux, je reviendrai.  


* Beberapa gambar di atas, saya ambil dari Yan Yan, teman kantor saya. Merci Beaucoup, Yan Yan.

20 komentar
  1. Keren banget cerita nya sangat inspiratif. ditunggu cerita perjalanan berikutnya yang bersama bestie

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap bestie, cerita bareng bestie nanti edisi spesial hehe

      Hapus
  2. Dari foto sekilas kapal pesiarnya seperti gedung lho :O Hehehe, I feel you, kalau lagi jalan-jalan sering beli hadiah yang bagusan eh budget berkata lain :') Kemampuan bahasa Arab sampai bisa ngobrol gitu sih sudah lebih dari lumayan. Keren lho bisa banyak bahasa. Aku taunya bahasa Indonesia sama Sunda aja xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahasa asingnya cuma tahu dasar saja sebenarnya huhu, pengen belajar lagi cuma memang belum diprioritasin banget. Dilema travelling itu emang gitu, kadang kita merasa wajib ngasih oleh oleh hahah

      Hapus
  3. Mampir ke Toulouse jg kak šŸ˜

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengennya ke Toulouse juga, cuman belum hapal lagu lagunya euy

      Hapus
  4. tahu nama bordeaux dari sepak bola. beberapa mantan pemain prancis pernah main di klub itu, seperti zidane dan wiltrod. Kemudian baru tahu kalau ternyata kota ini pusat wine.

    setelah liha kapal pesiar bisa lewati sungai jadi kepikiran itu sungainya begitu dalam dan lebar sehingga kapal pesiar dengan ukuran yang besar.

    Jarang ngomong bahasa arab, tapi langsung lancar bahasa arab ketika dalam keadaan terdesak. Pengalaman luar biasa mas bisa menemukan masjid dan diterima dengan baik oleh pengurusnya. Ketika di prancis, apakah mas cipu bisa menemukan masjid di kota yang didatangi mas cipu..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Vay ada beberapa kunjungan saya ke masjid di Prancis, nanti akan ada ceritanya. Itu bahasa Arabnya pas masih di SMP mas, udah banyak yang lupanya

      Hapus
  5. Syukurnya bisa bahasa Arab dikit"ya mas...coba kalo gak paham,bisa"pake bahasa tarzan..aa uu aja hihi...jadi terhibur bacanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ga bisa bahasa Arab, kita ada bahasa Isyarat wakakakak

      Hapus
  6. kalau di eropa misalnya mau sholat itu masih gampang g ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang pasti tidak semudah menemukan musholla atau masjid, tapi bisa dibantu google maps kok untuk nyari prayer roomnya

      Hapus
  7. tiap sudut kota Bordeaux cakep semua. Semua kota di Eropa kalau difoto bagus-bagus.
    aku kalau ditanyai bahasa Arab sama orang asing, sepertinya mustahil bisa menjawab. Dulu waktu SMP pas ikutan ekskul Agama, memang belajar arti dari alquran, tapi ya ga hapal hahahaha. Mungkin hanya beberapa kata yang diingat.

    Ini nih yang membuat aku ingin belajar banyak bahasa asing, biar bisa ngomong sama orang asing, meskipun cuman dasar atau minimal level 2 hahahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Ainun, Bordeaux kotanya cantik dan gak terlalu rame, makanya enak buat jalan-jalan

      Hapus
    2. mungkin aku juga harus ke Bordeaux ya, biar bisa ngerasain langsung hehehe

      Hapus
  8. Di bawah langit mendung Kota Bordeaux, nyatanya bawahnya terlihat kemegahan arsitektur gedung gedung yang ada di sana ya Mas Cipu. Jadi tertarik bagaimana desa wine memproduksi wine, mungkin dari awal kebun anggur fresh jadi wine botolan itu ya....

    Rue St. Chaterine juga indah ya Mas, banyak toko toko fesyen yang branded pula...hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akan ada episode khusus tentang desa wine nya. Rue St Catherine itu aku kunjungin sampe 7 kali hahaah

      Hapus
  9. Hehe alhamdulillah ya mas, bahasa Arab iqro satunya sangat membantu di sana, btw pesan dari si bapak bener-bener mengena di hati ya, "jangan tinggalkan shalat dan baca Al-Qur'an" :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mas, pesan dari bapaknya bikin adem. Semoga saya bisa selalu jaga sholat dan makin rajin ngaji

      Hapus
  10. Memang susah nyari mesjid di Prancis karena memang sekuler tapi bukannya gak ada. Pas benar bisa praktek bahasa Arab ya mas

    BalasHapus